Sabtu, 03 Maret 2018

Manusia Penjaga Hati (Suara hatimu)

Waktu itu, kamu datang ke kontrakanku. Niatnya belajar sih. Sepertinya, kamu waktu itu datang diajak temanmu ya? Itu pertama kali aku tau kamu, tau namamu.
Iseng-iseng, aku ikutan belajar bareng kamu, aku tidur kamu bangunin, sabar juga ya kamu hehe, ada yang gapaham pun kamu ajarin, tuhkan sabar. Hehe.

Semenjak itu, kita makin akrab, kamu sama aku sama-sama satu perkumpulan. Setiap ada kita muncul di grup, kita selalu dibully sama anak yang lain, dicocok-cocokin lah kita, hehe, lucu kan? Kamu diam aja sih waktu itu. Aku juga berusaha cuek sih, tapi, semakin lama, semenjak guyonan itu, tiba-tiba kita makin akrab. Tiap kali keluar, kamu selalu mendekat, ya walaupun mengobrol sesaat. Ternyata kamu orangnya asyik, terbuka, dan ceria. Entah, aku tak pernah melihatmu sedih.

Oh ya, waktu itu, kamu pernah menceritakan sosok yang kamu kagumi sewaktu di kampus mu yang dulu, ya sekarang sudah jauh. Waktu itu aku tau, ternyata kamu sedang mengidam-idamkan sosok lelaki. Waktu kita hendak berangkat nonton, waktu itu kamu bercerita dengan ketiga temanmu, ya saat-saat kamu di kampus lamamu, bersama lelaki itu. Aku mendengarnya, namun tak perlu mengingat lah, buat apa, hehe. Bingung saat itu, kamu menceritakan siapa sih, kenapa cerita soal lelaki itu? Pokoknya aku bertanya-tanya soal itu. Selang beberapa waktu, pertanyaanku terjawab, dari sebuah permainan dimana yang kalah harus memilih Truth or Dare, dan kamu memilih Truth waktu itu. Disuruhlah kamu meceritakan siapa lelaki itu dan hubungannya denganmu. Nah, saat itu aku tau, kamu sedang mengagumi sosok lelaki, namun kamu bimbang mau meneruskan untuk mengagumi, atau berhenti disana, karena lelaki itu, kini telah jauh dari pelupuk matamu. Sedikit senang saat mendengar kabar ini, hehe.

Entah kenapa, aku selalu mau dan sigap saat kamu membutuhkan bantuanku. Kamu minta gorengan waktu itu, aku belikan, senang gitu saat lihat senyum kamu dapet gorengan yang gak seberapa itu. Selanjutnya, kamu minta ayam McD, aku ke kosmu malam-malam untuk mengantarkan itu, jauh-jauh, lelah, tapi terbayarkan saat kamu senyum sumringah. Berkali-kali ucapan terima kasih keluar dari bibir manismu, ya, aku ikut senang.

Kamu juga baik, setiap kali aku meminta bantuan, kamu selalu siap membantu, meskipun kadang aku tak tega, dan ingin sekali mengurungkan niat meminta bantuanku saat lihat wajah murammu. Saat itu aku panik, ingin menanyakan ada apa, tapi nyaliku ciut, ya, aku hanya diam-diam mendengar ceritamu kepada tiga orang temanmu itu. Ingin rasanya menghibur, namun aku sadar diri, siapa sih aku?

Kamu suka bernyanyi, kamu senang dengan orang yang bermain gitar. Entah saat itu, aku ingin belajar gitar. Kamu juga mendukungku waktu itu, seolah-olah kamu berharap aku bisa bermain gitar mengiringimu bernyanyi.

Puncaknya, saat kamu membuat status "Baper, jangan?", aku merasa, aku takut membuat kamu baper denganku. Waktu itu, hpku rusak, layar nggak bisa disentuh, dan keyboard hp pakai autocorrect, ketika aku hendak menuliskan kata "ya", kepencet "yang", ketidaksengajaan yang menjadi kebiasaan, dan aku terbiasa menggunakan kata itu, aku menganggap kamu baper dengan itu.
Kemudian, saat aku sedih, karena aku tidak bisa pulang ke pulauku. Tidak ada kapal, tidak ada yang bisa nyebrang. Aku sedih, kamu ada menemaniku. Mencoba menghiburku dengan segala caramu. Seminggu aku di Pulau Jawa, ditemani hari-hari bersama kepedulianmu. Aku berangkat ke pulauku di hari ke 7 aku di Pulau Jawa. Aku memberimu kabar, dan kamu, sangat senang waktu itu. Kamu meminta ijin untuk menposting foto pelabuhan dan memberi ucapan hati-hati, aku senang.
Semenjak di pulauku, aku tidak intens menghubungimu karena susahnya sinyal disana. Aku berharap kau baik-baik saja.

Semakin lama, aku baru menyadari, aku sudah terlanjur jatuh hati. Aku tidak bisa menjaga hati, sesuai janjiku dulu kepadamu. Berbagai cara aku berusaha supaya tak mudah aku jatuh. Gagal dan gagal.

Mencoba mendekat dengan sosok yang lain, namun justru membuatku gelisah, sejauh apapun kita, hatiku masih ada dirimu, maafkan aku.
Aku memang baik, kepada semua orang, mungkin teman wanitaku, tapi aku tidak bisa, baik kepada mereka sebaik aku pada dirimu. Kamu tetap yang utama.

Apa yang kamu lakukan kepadaku, tak pernah ku protes. Kamu mengajak untuk jogging bareng, semampuku aku turuti maumu, menemanimu jogging di pagi hari. Aku chat kamu, kamu membalas, saat itu aku bergegas menuju tempat jogging. Satu jam menunggu, kamu tak ada kabar, aku chat mulai tidak membalas. Tiba-tiba ada notifikasi masuk darimu, kamu baru bangun tidur dan langsung panik saat itu. Ingin rasanya aku marah, tapi tak bisa, sudah terlanjur luluh aku. Aku bilang tidak apa-apa, dan kamu seperti merasa bersalah, hehe. Selama apapun kamu menyuruhku untuk menunggu, aku akan menunggumu di tempat yang kamu mau, asal kamu kembali.

Sehari kemudian, kamu mau menemaniku berjalan jauh, kemanapun kita pergi, tak mengeluh, dan kamu senang, meskipun waktu itu aku melihat muka lelah wajahmu. Ingin kuusap keringat itu, namun aku sadar, lagi-lagi aku bukan siapa-siapamu. Hari itu, aku merasa kamu menjaga jarak denganku, namun ternyata tidak, sikapmu masih seperti dulu.

Keesokan harinya, kamu sakit, meminta bantuanku untuk membelikan makan. Khawatir, aku takut kenapa-napa. Aku menuruti maumu, membeli makanan dan mengantarkan ke kosmu. Pucat wajah itu, ingin sekali mengusap, namun aku sadar, aku bukan siapa-siapa.
Waktu itu aku menganggap waktu yang tepat, kucurahkan semua yang ada di hatiku, kegelisahan saat bersama dirimu. Responsmu? Biasa saja. Namun aku lega, entah bagaimana ke depannya. Semoga selalu baik-baik saja. Terima kasih, telah menerima ceritaku, walau mungkin aku tau kamu bimbang ingin membalas apa, yang penting terima kasih banyak.

Maafkan aku yang belum bisa menjaga hati ini baik-baik disampingmu, maafkan aku yang mengagumimu terlalu dalam, maafkan aku.
Janganlah kamu menjauh, tetaplah kamu yang ku kenal, yang selalu mengeluhkan kesahmu kepadaku, yang membagi bahagiamu bersamaku, jangan berubah. Mari saling beriringan. Bantu aku agar aku tak mudah lemah di hadapanmu. :'')





Inspired by: Manusia Penjaga Hati, yang mungkin sedang kusakiti hatinya............